Saturday, October 30, 2010

How to Make a PowerPoint Presentation with Video Clips Easier for Distribution?

Cara Membuat Presentasi PowerPoint dengan Video Klip Lebih Mudah untuk Distribusi?

PPT to Flash Converter - convert powreopint to flash video
PPT to Flash Converter PPT ke Flash Converter
· Convert PPT to Flash video(FLV, MP4, · Mengkonversi PPT Flash video (FLV, MP4, MOV, 3GP, 3G2) for flash player MOV, 3GP, 3g2) untuk flash player
· Convert PPT to MP4 for Youtube · Mengkonversi PPT MP4 untuk Youtube
· Add background music to PPT · Tambahkan musik latar belakang PPT
More info about ppt to flash converter Free ppt to flash converter download
"Normally, when you bring a media clip into a PowerPoint, it just makes a refrence to the file on your computer so when you email the PowerPoint, that file is not included in the presentation. Is there a way to embed the media file in the PowerPoint so somebody else can view the presentation, media and all, with no trouble even if they are not using the computer that made the presentation?" "Biasanya, ketika Anda membawa klip media ke dalam PowerPoint, itu hanya membuat refrence ke file di komputer Anda sehingga ketika Anda email PowerPoint, file yang tidak termasuk dalam presentasi. Apakah ada cara untuk menanamkan file media dalam PowerPoint sehingga orang lain dapat melihat presentasi, media dan semua, tanpa masalah bahkan jika mereka tidak menggunakan komputer yang membuat presentasi? "
- This question is commonly found from yahoo answers. - Pertanyaan ini sering ditemukan dari jawaban yahoo.
"I can easily insert some video clips or music files into my PowerPoint, but when I send this PowerPoint file to my home computer by email, the video clip and music file are missing and unable to be played, what's the reason and what I should do to avoid this problem?" "Aku dengan mudah dapat menyisipkan klip video beberapa atau file musik ke saya PowerPoint, tetapi ketika saya mengirim file ini PowerPoint untuk komputer rumah saya melalui email, klip video dan file musik yang hilang dan tidak dapat dimainkan, apa alasan dan apa yang harus saya lakukan untuk menghindari masalah ini? "
- This question is commonly asked by many of my friends. - Pertanyaan ini sering diajukan oleh banyak teman saya.
To solve this question, generally there are two ways available. Untuk menjawab pertanyaan ini, umumnya ada dua cara yang tersedia. This article is to show you the two ways and theirs disadvantages and advantages about how to make PowerPoint file which contains video/movie clips or music files easily and perfectly distribute. Artikel ini adalah untuk menunjukkan dua cara dan kerugian dan keuntungan mereka tentang bagaimana membuat file PowerPoint yang berisi video klip video atau file musik dengan mudah dan sempurna mendistribusikan.
Directly distribute the PowerPoint file Langsung mendistribusikan file PowerPoint
In fact, you can directly send the PowerPoint file to from computers to computers without problem, but there are several points you have to observe: Bahkan, anda bisa langsung mengirim file PowerPoint untuk dari komputer ke komputer tanpa masalah, tapi ada beberapa hal yang harus Anda amati:
  • You have to make sure that the video clip or music file works well before inserting. Anda harus memastikan bahwa klip video atau file musik bekerja dengan baik sebelum menyisipkan.
  • Always put the movie clips or sound files in the same folder as your PowerPoint presentation. Selalu menempatkan klip video atau file suara dalam folder yang sama seperti presentasi PowerPoint Anda.
  • When you later move the PowerPoint presentation to another computer, copy the movie clips or music files too. Bila Anda kemudian memindahkan presentasi PowerPoint ke komputer lain, menyalin klip video atau file musik juga.
  • Keeping your movie clips or sound files in the same folder as your presentation ensures the link will still work. Menjaga klip video Anda atau file suara dalam folder yang sama dengan presentasi Anda memastikan link akan tetap bekerja.
  • You should always test the movie on a new machine just to be certain. Anda harus selalu menguji film pada mesin baru hanya untuk menjadi tertentu. Re-insert the movie, if necessary. Re-memasukkan film, jika perlu.
Then I can sure that any PowerPoint file which contains movie clips or audio files also can be perfectly worked on any computers, if you can observe the above points. Lalu aku bisa yakin bahwa file PowerPoint yang berisi klip video atau file audio juga dapat bekerja sempurna pada setiap komputer, jika anda bisa mengamati poin di atas.
Disadvantages: Even now, there are some disadvantages if you choose this way. Kekurangan: Bahkan sekarang, ada beberapa kelemahan jika Anda memilih cara ini.
  • If accidentally missed the movie clip file or music file, you can not find back any longer. Jika sengaja merindukan file klip video atau file musik, Anda tidak dapat menemukan kembali lagi.
  • It's difficult to distribute, especially by email. Sangat sulit untuk mendistribusikan, terutama melalui email. Generally, email only accepts files sending which is smaller than 10MB, while PowerPoint usually larger than that. Secara umum, email ini hanya menerima pengiriman file yang lebih kecil dari 10MB, sedangkan PowerPoint biasanya lebih besar dari itu.
  • Generally, PowerPoint file takes up much computer space. Secara umum, file PowerPoint memakan banyak ruang komputer.
  • If the video clip or audio file missed on the way to send and you do not tell that the PowerPoint contains video or audio file, someone else even has no way to know this PowerPoint is the perfect one. Jika klip video atau file audio tidak terjawab dalam perjalanan untuk mengirim dan Anda tidak mengatakan bahwa PowerPoint berisi file video atau audio, bahkan orang lain tidak memiliki cara untuk tahu ini PowerPoint adalah salah satu yang sempurna.

Therefore, I will tell you another better way to perfectly distribute the PowerPoint file which contains video clips or music files --- Convert PowerPoint to DVD or video file with Moyea PPT to DVD Burner or Moyea PPT to Video Converter ! Oleh karena itu, saya akan memberitahu Anda cara lain yang lebih baik untuk sempurna mendistribusikan file PowerPoint yang berisi klip video atau file musik --- Mengkonversi PowerPoint ke DVD atau file video dengan Moyea PPT ke DVD Burner atau Moyea PPT ke Video Converter!

Moyea PPT to DVD Burner : If you want to distribute the PowerPoint file in the traditional way, such as mail. Moyea PPT ke DVD Burner: Jika Anda ingin mendistribusikan file PowerPoint dengan cara tradisional, seperti mail. You can use Moyea PPT to DVD Burner. Anda dapat menggunakan Moyea PPT untuk DVD Burner. This software can directly convert PowerPoint to DVD file directly. More Info... Software ini dapat langsung mengkonversi file PowerPoint ke DVD secara langsung. Info lebih lanjut ...

Moyea PPT to Video Converter : If you want to distribute the PowerPoint file in the brand new way, such as email, upload to video share sites like YouTube, etc. You can use Moyea PPT to Video Converter. Moyea PPT ke Video Converter: Jika Anda ingin mendistribusikan file PowerPoint pada merek dengan cara baru, seperti email, meng-upload ke situs berbagi video seperti YouTube, dll Anda dapat menggunakan Moyea PPT ke Video Converter. With this software, you can convert PowerPoint to video file in all fashionable formats including AVI, WMV, MOV, MP4, MPEG, 3GP, 3G2, DV, FLV, and VOB. More Info... Dengan software ini, Anda dapat mengkonversi file PowerPoint untuk semua format video dalam mode termasuk AVI, WMV, MOV, MP4, MPEG 3GP,, 3g2, DV, FLV, dan VOB. Info lebih lanjut ...
Advantages: Of course, this way is the one I want to strongly recommend, because there are many excellent advantages by choosing this way: Keuntungan: Tentu saja, cara ini adalah yang saya ingin sangat menyarankan, karena ada banyak keuntungan yang sangat baik dengan memilih cara ini:
  • There is no worried and annoyed thing of the video clips or music files missing on the distributing way. Tidak ada yang namanya khawatir dan kesal dari klip video atau file musik yang hilang dalam perjalanan mendistribusikan.
  • This way is easy-to-distribute without do any complicated operations like sending video clips or music files. Cara ini mudah mendistribusikan tanpa melakukan operasi rumit seperti mengirim klip video atau file musik.
  • The distributing ways are flexible and multiple, you can not only send it by mailing and emailing, but also send it by uploading to video share sites to share with people all over the world. Cara mendistribusikan fleksibel dan ganda, Anda tidak hanya bisa kirim melalui surat dan email, tapi juga kirimkan dengan meng-upload ke situs berbagi video untuk berbagi dengan orang di seluruh dunia.
  • Get PowerPoint file sent once and for ever. Dapatkan file PowerPoint dikirim sekali dan selama-lamanya. Just one upload but sharing with many people. Hanya satu upload tapi berbagi dengan banyak orang.
  • The PowerPoint converting video file becomes much more interesting and exciting. PowerPoint mengkonversi file video menjadi jauh lebih menarik dan menyenangkan.
  • The converted DVD or video file can be widely used, but not only for distribution. DVD dikonversi atau file video dapat secara luas digunakan, tapi tidak hanya untuk distribusi.
"Wow, thanx for your advice of converting PowerPoint to DVD or video first for conversion, my problem has been perfectly solved." "Wow, thanx atas saran Anda untuk mengubah PowerPoint ke DVD atau video untuk konversi pertama, masalah saya telah diselesaikan dengan sempurna."
- This is the reply from one of my friends! - Ini adalah jawaban dari salah satu teman saya!
"Yeah, thx for your advice and moyea ppt to dvd Burner, really good solutions for me!" "Yeah, thx atas saran Anda dan ppt moyea ke dvd Burner, solusi yang benar-benar baik bagi saya!"
- This leave words is left by asker on yahoo answers! - Ini kata-kata meninggalkan yang tersisa oleh penanya pada jawaban yahoo!
Semoga bermanfaat terima kasih 

How to insert a Movie (or video) into PowerPoint 2003? Cara memasukkan Movie (atau video) ke dalam PowerPoint 2003?


Applies to: Microsoft Office PowerPoint 2003 Berlaku untuk: Microsoft Office PowerPoint 2003
By Mary Feil-Jacobs, Microsoft Presentation Design Specialist Oleh Mary Feil-Jacobs, Presentasi Microsoft Spesialis Desain
PPT to Video Converter - convert PowerPoint to video
PowerPoint to Video Converter PowerPoint Video Converter
· Convert PPT to video in all popular formats · Mengkonversi PPT video dalam semua format populer
· Convert PPT to video for Youtube · Mengkonversi PPT video Youtube
· Play PowerPoint on iPhone, Blackberry... · Play PowerPoint pada iPhone, Blackberry ...
More info about PowerPoint to video converter Free PowerPoint to video converter download
Many PowerPoint presentations include graphics, sounds and PowerPoint's built-in animation.  However, effectively adding video clips to a presentation can really make it stand out.  This article explains how to use video edit magic to create videos to use in PowerPoint. Banyak presentasi PowerPoint termasuk grafik, suara dan PowerPoint built-in animasi. Namun, secara efektif menambahkan klip video ke presentasi benar-benar dapat membuat lebih menonjol. Artikel ini menjelaskan cara mengedit video menggunakan sihir untuk membuat video untuk digunakan dalam PowerPoint.
Tips for creating good PowerPoint presentations Tips untuk membuat presentasi PowerPoint yang baik
  • Be sure each slide contributes toward the primary point of your presentation.  Shorter presentations are more understandable and more memorable, so if a slide isn't adding something important to the main thrust, either remove it or move it to the background materials. Pastikan setiap slide kontribusi terhadap titik utama dari presentasi Anda presentasi yang lebih pendek. Lebih dimengerti dan lebih mudah diingat, jadi jika slide tidak menambahkan sesuatu yang penting untuk kekuatan utama, baik menghapus atau memindahkannya ke bahan latar belakang.
  • If the PowerPoint show is meant for unattended viewing (the viewer watches it with no speaker present) use voice narration. Jika menunjukkan PowerPoint dimaksudkan untuk melihat tanpa pengawasan (penampil jam tangan dengan tidak hadir pembicara) narasi menggunakan suara. Video Edit Magic lets you illustrate and discuss concepts using selected images and your own voice. Video Edit Magic memungkinkan Anda menggambarkan dan mendiskusikan konsep dan gambar yang dipilih dengan menggunakan suara Anda sendiri.
  • Unique presentations get the attention they deserve, so think of innovative presentation techniques.  For example, have a "mascot" cartoon character, doing the actions the presentation talks about, and "saying" some of the text in word balloons.  Presentations should reflect your personal (or corporate) style. Unik presentasi mendapatkan perhatian yang layak, sehingga memikirkan teknik presentasi inovatif Misalnya, memiliki "maskot" karakter kartun, melakukan tindakan pembicaraan presentasi tentang, dan "mengatakan" beberapa teks dalam balon kata.. Presentasi Anda harus mencerminkan pribadi (atau perusahaan) gaya.
  • Graphics and photographs are self explanatory and focus the audience's attention.  Illustrating points can let you eliminate many words from the slides, and text-heavy presentations can lose the audience.  With Video Edit Magic you can take snaps from video footage, and use the still pictures to illustrate your presentatio Grafis dan foto-foto diri sendiri jelas dan fokus perhatian hadirin Ilustrasi poin dapat membiarkan Anda menghilangkan banyak kata dari slide, dan presentasi teks-berat bisa kehilangan penonton. Dengan Video Edit Magic. Anda dapat mengambil terkunci dari rekaman video, dan gunakan masih gambar untuk menggambarkan Penyajian Anda
Insert a movie and play it automatically Memasukkan film dan bermain secara otomatis
In PowerPoint 2003, you can run your movies full screen. Dalam PowerPoint 2003, Anda dapat menjalankan film layar penuh. This is a very excellent feature. Ini adalah fitur yang sangat bagus.
  • On the Insert menu, point to Movies and Sounds , and then click Movie from File . Pada menu Insert, arahkan ke Film dan Sounds, kemudian klik dari File Movie.
  • Click the video you want to use and then click OK . Klik video yang ingin Anda gunakan dan kemudian klik OK.
  • Tips : Always put the movie in the same folder as your PowerPoint presentation. Tips: Selalu menempatkan film dalam folder yang sama seperti presentasi PowerPoint Anda. If you later move the PowerPoint presentation to another computer, copy the movie too. Jika Anda kemudian memindahkan presentasi PowerPoint ke komputer lain, copy film juga. Keeping your movie in the same folder as your presentation ensures the link will still work. Menjaga film Anda dalam folder yang sama dengan presentasi Anda memastikan link akan tetap bekerja. However, you should always test the movie on a new machine just to be certain. Namun, Anda harus selalu menguji film pada mesin baru hanya untuk menjadi tertentu. Re-insert the movie, if necessary. Re-memasukkan film, jika perlu.
  • After you click OK, you' are promoted with a message asking how you want the movie to start in the slide show. Setelah Anda mengklik OK, Anda 'dipromosikan dengan pesan yang meminta bagaimana Anda ingin film untuk memulai dalam tampilan slide.
  • I recommend choosing Automatically even if you want the movie to play when clicked- I will talk about how to set this part too. Saya sarankan memilih Otomatis bahkan jika Anda ingin bermain film saat diklik-saya akan berbicara tentang cara mengatur bagian ini juga.(If you choose when clicked you have to click the black box to start the movie. Because I don't like to show the black box on the slide, I do this a little differently.) (Jika Anda pilih saat diklik Anda harus mengklik kotak hitam untuk memulai film itu. Karena aku tidak ingin menampilkan kotak hitam pada slide, saya melakukan ini sedikit berbeda.)
  • You should now have a small rectangle sitting on your slide. Anda sekarang harus memiliki sebuah persegi panjang kecil duduk pada slide Anda.
  • Insert a movie using a file on your computer or in another location, such as a server. Masukkan film menggunakan file di komputer Anda atau di lokasi lain, seperti server.
  • The movie appears as a still frame on your slide. Film ini muncul sebagai bingkai masih pada slide Anda.
  • The trick I use is to move that rectangle off the slide, so it is sitting next to it, but not on it. Trik saya gunakan adalah untuk memindahkan persegi panjang itu dari slide, sehingga duduk di sebelahnya, tetapi tidak di atasnya.You can size it down if you like. Anda dapat ukuran turun jika Anda suka.Click the movie (that is, the rectangle) and then drag it off the slide. Klik film (yaitu, persegi panjang) dan kemudian drag keluar slide.Play the movie full screen Putar film layar penuh
  • Right-click the movie object (the small rectangle) and on the shortcut menu, click Edit Movie Object. Klik kanan objek film (yang persegi panjang kecil) dan pada menu shortcut, klik Edit Movie Objek.
  • The Movie Options dialog box appears. Opsi Movie kotak dialog muncul. Under Display Options, select the Zoom to full screen check box, and then click OK. Pilihan feed, pilih kotak centang Zoom untuk layar penuh, dan kemudian klik OK.
  • If you want your movie to play automatically when you advance to this slide, you can stop here. Jika Anda ingin bermain film Anda secara otomatis ketika Anda maju ke slide ini, Anda dapat berhenti di sini.
Test this now to see how it workd by starting the slide show. Uji ini sekarang untuk melihat bagaimana workd dengan memulai tampilan slide. (On the Slide Show menu, click View Show.) Advance to the slide with the movie, (best if you have the title of the movie on it). (Pada menu Slide Show, klik View Show) Advance ke slide dengan film., (Terbaik jika Anda memiliki judul film di atasnya). Within a couple of seconds, the movie starts to play full screen. Dalam beberapa detik, film mulai memutar layar penuh. When the movie finishes, you return to the same slide (but no unsightly box appears). Saat film selesai, Anda kembali ke slide yang sama (tapi tidak menyakitkan mata muncul kotak). Click to advance to your next slide. Klik untuk maju ke slide berikutnya.
Add an On Click effect to start the movie Tambahkan efek Pada Klik untuk memulai film
If you prefer, you can click to start the movie. Jika Anda suka, Anda dapat mengklik untuk memulai film itu. This requires one more step, setting an On Click animation effect. Hal ini memerlukan satu langkah lagi, pengaturan sebuah Pada Klik efek animasi.
1. 1. On the Slide Show menu, click Custom Animation. The Custom Animation task pane appears on the right side of the PowerPoint window. Pada menu Slide Show, klik Custom Animation muncul. Kustom Tugas Animasi pane di sisi kanan jendela PowerPoint.

2. 2. Click the movie object (the rectangle) to select it. Klik objek film (persegi panjang) untuk memilihnya.

3. 3. In the Custom Animation task pane, click Add Effect, point to Entrance and then click Appear. Pada task pane Custom Animation, klik Tambahkan Efek, arahkan ke Pintu masuk dan kemudian klik Muncul.

You have added an On Click effect. Anda telah menambahkan efek Pada Klik. The animation effect you added is the one with the Green star next to it and a gray rectangle around it. Efek animasi Anda tambahkan adalah satu dengan bintang Hijau di sampingnya dan sebuah persegi panjang abu-abu di sekitarnya. If it doesn't have a gray rectangle, click it to select it. Jika tidak memiliki persegi panjang abu-abu, klik untuk memilihnya. Your Custom Animation task pane should look like the picture below (except with the name of your movie in the list). Taskpane Custom Animation akan tampak seperti gambar di bawah ini (kecuali dengan nama film Anda dalam daftar).


4. 4. The last step is to move that animation up to the top of the effects list . Langkah terakhir adalah animasi yang bergerak ke atas daftar efek.
To do this, make sure the animation effect is selected, and then click the Up Re-order arrow at the bottom of the Custom Animation task pane. Untuk melakukan ini, pastikan efek animasi dipilih, kemudian klik tombol Atas Re-order di bagian bawah task pane Custom Animation. Or simply click and drag the animation effect to the top of the effects list. Atau cukup klik dan tarik efek animasi ke atas daftar efek.

5. 5. Your effects list should now look like this: Anda daftar sekarang efek akan terlihat seperti ini:


6. 6. You are done. Anda selesai. Test this to make sure it works by starting the slide show. Tes ini untuk memastikan bekerja dengan memulai tampilan slide.
(On the Slide Show menu, click View Show.) When you advance to the slide with the movie, you should not see the movie. (Pada menu Slide Show, klik View Show) Ketika Anda maju ke slide dengan film., Anda tidak akan melihat film. When you click the slide, the movie zooms to full screen and plays. Ketika Anda mengklik slide, membesarkan film ke layar penuh dan bermain. When it finishes playing, you are returned to the same slide. Ketika selesai bermain, Anda kembali ke slide yang sama. Click to advance to the next slide. Klik untuk maju ke slide berikutnya.  Terima kasih semoga bermanfaat.

Cara Gampang Download Video You tube

Cara Download Video Youtube Dengan DownloadHelper

Banyak cara mengunduh video dari You Tube tapi berdasarkan pengalaman penulis, cara yang paling mudah dengan menggunakan DownloadHelper. Memang awalnya agak ribet tapi selanjutnya sangat mudah dan simpel. melalui tulisan ini anda akan dipandu agar dapat mengunduh video You Tube, inilah langkah-langkahnya:

DownloadHelper adalah Add-ons dari browser Firefox yang berfungsi untuk mendownload dan/atau mengkonversi video (video/audio streaming) dari situs youtube dan berbagai situs sejenis lainnya (misal situs penyedia anime biasanya berupa watch online / video streaming). Untuk menggunakan Add-ons ini kamu harus menginstal browser firefox dahulu. Untuk menggunakannya ikutilah langkah-langkah berikut ini (untuk yang terbiasa menginstal Add-ons Firefox bisa meloncati bagian instalasi).

# Instalasi Add-ons DownloadHelper pada firefox
1. Buka link berikut: klik disini, bila link ini tidak bisa diakses, pada firefox klik menu Tools -> Add-ons, pilih tab Get Add-ons disitu ada kolom inputan untuk search Add-ons, ketik "DownloadHelper" terus enter. Setelah muncul hasilnya, klik gambar tombol yang mirip seperti pada langkah 2 berikut ini.
2. Klik gambar tombol seperti berikut:
3. Tunggu beberapa saat, maka Add-ons tersebut akan terdownload dan terinstall secara otomatis.
4. Bila instalasi selesai maka akan muncul peringatan untuk merestart firefox. Klik saja tombol restart tersebut.
5. Maksud dari kata restart pada langkah sebelumnya yaitu mematikan aplikasi firefox (bukan OS/Windows) kemudian dijalankan lagi supaya Add-ons yang terinstal bisa digunakan.

Sesudah Add-ons DownloadHelper terinstal, sekarang waktunya untuk mengetahui cara penggunaannya. Untuk itu ikutilah petunjuk berikut:
1. Buka halaman web yang menampilkan video yang akan kamu download (bisanya pada halaman tersebut terdapat bagian yang mirip seperti video player yang lengkap dengan tombol play/pause/stop untuk menampilkan/memutar video)
2. Perhatikan icon DownloadHelper (bisanya di status bar / dibagian toolbar firefox). Bila tidak berwarna (hitam putih) maka tidak ada video yang terdeteksi. Supaya terdeteksi, putar video pada halaman web tersebut, maka icon DownloadHelper akan mempunyai warna / bergerak (tergantung settingan pada Add-ons tersebut).
3. Kalau sudah terdeteksi (sesuai langkah 2), klik tanda mirip panah yang menghadap kebawah disamping kanan icon DownloadHelper, disitu akan kamu jumpai nama file dari video yang terdeteksi di halaman web tersebut (list nama file bisa mengacu pada video yang sama atau video yang berbeda), arahkan pointer mouse pada nama file tersebut maka akan muncul beberapa pilihan, pilih "Download" untuk mendownload file video tersebut.

Tambahan
DownloadHelper bisa berkolaborasi dengan berbagai download manager untuk mempercepat proses download. Caranya yaitu dengan meng-copy link yang didapatkan dari DownloadHelper terus di paste-kan pada download manager milikmu (bisanya pada bagian add url/link).
mudah bukan? Selamat menjelajah rimba You Tube...

Thursday, October 21, 2010

UKURAN DAN GAMBAR LAPANGAN FUTSAL

Ukuran Dan Gambar lapangan Futsal

Lapangan Futsal berbentuk persegi panjang, dengan ukuran sebagai berikut :
Umum
Panjang : Minimum 25 m, Maksimum 42 m
Lebar     : Minimum 15 m, Maksimum 25 m
Standart Internasional
Panjang : Minimum 38 m, Maksimum 42 m
Lebar     : Minimum 18 m, Maksimum 25 m
Permukaan Lapangan Futsal
Permukaan lapangan harus mulus dan rata serta tidak kasar atau kesat. Penggunaan bahan dari kayu atau bahan buatan lainnya adalah sangat dianjurkan. Beton ataupun bata harus dihindarkan.
Semua garis memiliki lebar 8 cm.
Lapangan Futsal dibagi menjadi dua bagian yang dibelah oleh garis tengah lapangan.Tanda / Titik Tengah ditandai dengan sebuah titik ditengah-tengah garis tengah lapangan. Titik tengah dikelilingi oleh sebuah lingkaran dengan radius 3 meter.
Gambar Lapangan Futsal dan penjelasan perangkatnya, sebagai berikut :

Penalty Area
Penalty Area berbentuk seperempat lingkaran dengan radius 6 meter yang digambarkan berada ditengah-tengah pada garis gawang.
Bagian atas dari masing-masing seperempat lingkaran dihubungkan oleh garis sepanjang 3.16 meter yang membentang sejajar dengan garis gawang.
1. Titik Penalty
Pada Lapangan Futsal memiliki 2 titik penalty, yaitu dengan ukuran :
Titik Penalty Pertama : Berjarak 6 meter dari titik tengah antara posisi tiang gawang vertikal dan jaraknya sama diantara kedua tiang tersebut.
Titik Penalty Kedua : Berjarak 10 meter dari titik tengah antara posisi tiang gawang vertical dan jaraknya sama diantara kedua tiang tersebut.
2. Gawang
Ditempatkan pada tengah-tengah dari garis gawang. Gawang terdiri dari :
- Dua buah tiang sejajar vertical dengan jarak yang sama dari setaip sudut dan pada sisi atasnya dihubungkan dengan batang horizontal.
- Jarak kedua tiang vertical adalah 3 meter dan jarak dari sisi bawah batangan atas ke dasar permukaan lapangan adalah 2 meter.
- Tiang vertical maupun tiang horinzontal memiliki lebar dan kedalaman 8 cm.
- Jaring, terbuat dari tali rami, goni, atau nilon, dipautkan pada kedua tiang vertical dan tiang horizontal pada sisi belakang gawang.
- Bagian bawah didukung oleh batangan melengkung ataupun bentik lainnya untuk memberikan tahanan yang cukup.
- Kedalaman gawang adalah jarak dari ujung bagian dalam dari posisi gawang langsung kearah sisi luar lapangan, minimal 80 cm pada bagian atas dan 100 cm pada bagian bawah ( Permukaan Lapangan ).
Gambar Gawang Futsal beserta ukurannya :

Subsitution Zone ( Zona Pengganti )
Zona Pengganti pemain adalah tempat dimana pemain masuk dan keluar lapangan apabila terjadi pergantian pemain. Zona ini terletak persis didepan bangku tim dimana cadangan dari tim official berada.
Zona penggantian pemain ditempatkan secara langsung didepan dari bangku pemain cadangan dan memiliki panjang 5 meter. Zona ini ditandai pada setiap sisinya dengan sebuah garis yang memotong garis pembatas lapangan, lebar garis 8 cm dan panjang 80 cm, dimana 40 cm berada didalam lapangan dan 40 cm diluar dari lapangan.
Jarak antara masing-masing zona pergantian dengan titik perpotongan garis tengah lapangan dengan garis pembatas lapangan adalah 5 meter. Ruang yang bebas ini, secara langsung berada didepan meja penjaga waktu,. Harus tetap terjaga kebebasan pandangannya.
Gambar Subsitution Zone :

Corner Arc ( Titik Tendangan Pojok )
Seperempat lingkaran dengan radius 25 cm di setiap sudut lapangan.
Bagi yang membutuhkan Artikel ini silahkan copy paste, tapi jangan lupa cantumkan juga linknya. Semoga bermanfaat...Amin

Wednesday, October 13, 2010

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bahasa Indonesia Untuk SMP

A. Judul Penelitian
Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 2 Kramat Kabupaten Tegal


B. Bidang Kajian
Penelitian ini meliputi Bidang Kajian sebagai berikut:
1 Keterampilan Berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP.
2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

C. Pendahuluan
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara.
Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9).
Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Keterampilan berbicara siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif.
Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil observasi, hanya 20% (8 siswa) dari 40 siswa yang dinilai sudah terampil berbicara dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur.
Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000).
Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara.
Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.
Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa klas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur, dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan
membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya.
Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan; (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan (4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
Melalui prinsip-prinsip pemakaian bahasa semacam itu, pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif.
Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 

D. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.Perumusan Masalah
1.1 Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP?
1.2 Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP?
2. Pemecahan Masalah 

3. Tujuan Penelitian
3.1 untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP;
  1. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 
4.1 Para guru bahasa Indonesia dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bagi siswa SMP;
4.2 Keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur, yang menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan;
4..3 Para guru bahasa Indonesia SMP diharapkan menggunakan pendekatan pragmatik dalam menyajikan aspek keterampilan berbicara, bahkan guru bahasa Indonesia di tingkat satuan pendidikan yang lebih rendah, seperti SD/MI, atau yang lebih tinggi, seperti SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia. 

E. Kajian Teori dan Pustaka
Untuk mengkaji penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP digunakan teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP. 

I.1 Keterampilan berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Indonesia (Samsuri, 1987 dan Sadtono, 1988).
Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti
  1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan
  2. Membuat surat lamaran pekerjaan
  3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi
  4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca
  5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu.
Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia semacam itu diharapkan:
  1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
  2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik
dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
  1. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
  2. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
  3. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan
(6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
  1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
  2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
  3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
  4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
  5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
  1. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
(1) mendengarkan;
(2) berbicara;
(3) membaca; dan
(4) menulis.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di SMP. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis.
Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs kelas VII semester berdasarkan Standar Isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 22/2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara
2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif
2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa pada semester I, siswa kelas VII SMP diharapkan mampu mengembangkan dua kompetensi dasar, yaitu:
(1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif; dan
(2) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa kelas VII semester I dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
Fokus penelitian ini relevan dengan kegiatan pembelajaran aspek keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk:
  1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan;
  2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara;
  1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
  2. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) dijelaskan bahwa berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Sementara itu, Tarigan (1983:15) dengan menitikberatkan pada kemampuan pembicara
menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, seta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave (1954:3-4). Dia menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau katakata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otototot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga
dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuan mimik dan pantomimik pembicara.
Merujuk pada pendapat tersebut, keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.
I.2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Menurut Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2).
Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang
kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED, 2001).
Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment) ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic commmunication) (Salinger, 2001).
Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih cenderung bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak siswa untuk belajar berbahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata. Akibatnya, apa yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks pengalaman dan lingkungan siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam peristiwa dan konteks komunikasi.
Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di Indonesia adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002). Apa yang anak-anak peroleh di sekolah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka kuasai.
Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius melalui penggunaan pendekatan yang inovatif dan kreatif agar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif, interaktif, dinamis, terbuka, menarik, dan menyenangkan. Melalui proses pembelajaran semacam itu, siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan
emosional, sehingga mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan konteks dan sitiuasinya.
Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam lampiran Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya yang berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs. Dalam lampiran tersebut secara eksplisit ditegaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu menciptakan suasana yang kondusif; interaktif,
dinamis, terbuka, inovatif, kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik.
Pendekatan pragmatik termasuk salah satu pendekatan komunikatif yang mulai digunakan dalam pengajaran bahasa sejak munculnya penolakan terhadap paham behaviorisme melalui metode Drill-nya. Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa dirintis oleh Michael Halliday dan Dell Hymes. Hymes menciptakan istilah communicative competence, yaitu kompetensi berbahasa yang
tidak hanya menuntut ketepatan gramatikal, tetapi juga ketepatan dalam konteks sosial (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:4).
Proses pemerolehan bahasa mempersyaratkan adanya interaksi yang bermakna dalam bahasa sasaran. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Chaika, l982). Faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan bahasa seseorang, sedangkan faktor internal berkaitan dengan keadaan intern di dalam diri pelahar bahasa. Faktor eksternal masih dipilah menjadi dua macam lagi, yaitu lingkungan bahasa makro dan lingkungan bahasa mikro. Lingkungan makro terdiri atas:
  1. kealamiahan bahasa 
    2.peranan anak-anak dalam berkomunikasi
  1. tersedianya sumber yang dapat membetulkan untuk menjelaskan makna, dan
  2. ketersediaan model atau contoh yang bisa ditiru.
Lingkungan mikro adalah keadaan lingkungan kelas tempat anak-anak belajar, yaitu bagaimana guru bisa menciptakan kelas agar anak-anak bisa belajar keterampilan berbahasa, bukan hanya tahu tentang bahasa saja. Dari berbagai penelitian tentang pengajaran bahasa disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa anak, khususnya keterampilan berbicara, dikembangkan melalui tiga cara, yaitu:
(1) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan memproduksi ujaran dalam bahasa target secara lebih sering, lebih tepat, dan dalam variasi yang luas;
(2) Anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan cara mengolah input dari ujaran orang lain; dan
(3) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya melalui pelibatan diri dalam tugas atau interaksi yang menuntut adanya kemampuan kreatif berkomunikasi dengan orang lain (Ellis, 1986).
Hal itulah yang kemudian menjadi cacatan penting dalam penelitian pengajaran bahasa, yaitu pengikutsertaan anak-anak dalam latihan komunikasi itu amat penting. Anak-anak dengan tingkat pembangkitan input yang tinggi (high input generating) memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Anak-anak yang lambat belajar, berarti ia juga pasif dalam berlatih berbahasa nyata atau pasif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa.
Inti dari temuan itu adalah bahwa keaktifan anak-anak di kelas dalam pembelajaran bahasa perlu dilakukan melalui aktivitas berlatih berujar secara nyata. Penelitian-penelitian itu pada akhirnya menghasilkan sejumlah hipotesis baru tentang pembelajaran bahasa. Secara umum ada korelasi antara perilaku aktif ini dengan perolehan belajar anak. Dengan kata lain, hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa menyarankan adanya program pengajaran bahasa yang menekankan pada pembangkitan input anak-anak (latihan bercakap-cakap, membaca, atau menulis yang sebenarnya).
Pembelajaran kompetensi komunikatif yang menjadi muara akhir pencapaian pembelajaran bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri:
  1. makna itu penting, mengalahkan struktur dan bentuk;
  2. konteks itu penting, bukan item bahasa;
  3. belajar bahasa itu belajar berkomunikasi;
  4. target penguasaan sistem bahasa itu dicapai melalui proses mengatasi hambatan berkomunikasi;
  5. kompetensi komunikatif menjadi tujuan utama, bukan kompetensi kebahasaan;
  6. kelancaran dan keberterimaan bahasa menjadi tujuan, bukan sekedar ketepatan bahasa. Siswa didorong untuk selalu berinteraksi dengan siswa lain (Brown, 2001:45).
Penggunaan pendekatan paragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga dilandasi oleh semangat pembelajaran kontruktivistik yang memiliki ciri-ciri:
perilaku dibangun atas kesadaran diri;
  1. keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman;
  2. hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, berdasarkan motivasi intrinsik;
  3. seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya;
  4. pembelajaran bahasa dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks nyata;
  5. siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran;
  6. pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, dengan cara memberi makna pada pengalamannya. Oleh karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang (tentative & incomplete);
  7. siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi;
  8. hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber;
  9. pembelajaran terjadi di berbagai konteks dan setting (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:21-22).
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga didasari oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis.
Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan.
Prinsip ketiga mengharapkan agar di kelas terjadi suasana interaktif sehingga tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai “pemicu” kegiatan berbahasa lisan dan tulis. Peran guru sebagai orang yang tahu atau pemberi informasi pengetahuan bahasa Indonesia agar dihindari.
Ciri lain yang menandai adanya penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah penggunaan konteks tuturan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh gambaran penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata.
Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yaitu:
  1. berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud; dan
  2. berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud disebut koteks (co-text), sedangkan konteks yang berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian disebut konteks (contex) (Rustono 1999:20). Makna sebuah kalimat baru dapat dikatakan benar apabila diketahui siapa pembicaranya, siapa pendengarnya, kapan diucapkan, dan lain-lain (Lubis 1993:57).
Menurut Alwi et al. (1998:421), konteks terdiri dari unsur-unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Bentuk amanat sebagai unsur konteks, antara lain dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.
Di dalam peristiwa tutur, ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa itu. Menurut Hymes (1968) (melalui Rustono 1999:21), faktor-faktor itu berjumlah delapan, yaitu:
  1. latar atau scene, yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur;
  1. participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain;
  2. end atau tujuan;
  3. act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur;
  4. key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya;
  1. instrument, yaitu alat elalui telepon atau bersemuka;
  2. norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan, seperti wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa ciri-ciri konteks itu mencakupi delapan hal, yaitu penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, saluran atau media, kode (dialek atau gaya), amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian. Di dalam novel, konteks tuturan tampak pada dialog antartokoh yang memenuhi ciri-ciri konteks sebagaimana dikemukakan oleh Hymes (1968).
Menurut Rustono (1999:26), situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur amat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Penentuan maksud tuturan tanpa mengalkulasi situasi tutur merupakan langkah yang tidak akan membawa hasil yang memadai. Pertanyaan apakah yang dihadapi itu berupa fenomena pragmatis atau fenomena semantis dapat dijawab dengan kriteria pembeda yang berupa situasi tutur. Komponen-komponen situasi tutur menjadi kriteria penting di dalam menentukan maksud suatu tuturan.
Menurut Leech (1983:13-15), situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Komponen situasi tutur yang pertama adalah penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan tuturan tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam peristiwa tutur. Di dalam peristiwa komunikasi, peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti. Yang semula berperan sebagai penutur pada tahap berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian pula sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban. Komponen situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Di dalam tata bahasa, konteks tuturan mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain yang biasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.
Komponen situasi tutur yang ketiga adalah tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadi hal yang melatarbelakangi tuturan. Semua tuturan orang normal memiliki tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Di dalam peristiwa tutur, berbagai tuturan dapat diekspresi untuk
mencapai suatu tujuan.
Komponen situasi tutur yang keempat adalah tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Komponen ini mengandung maksud bahwa tindak tutur merupakan tindakan juga tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Yang berbeda adalah bagian tubuh yang berperan. Jika mencubit yang berperan adalah tangan dan menendang yang berperan adalah kaki, pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. Tangan, kaki, dan alat ucap adalah bagian tubuh manusia.
Komponen situasi tutur yang kelima adalah tuturan sebagai produk tindak verbal. Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Mencubit dan menendang adalah tindakan nonverbal, sedangkan berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, yaitu tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Komponen lain yang dapat menjadi unsur situasi tutur antara lain waktu dan tempat pada saat tuturan itu diproduksi. Tuturan yang sama dapat memiliki maksud yang berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai latar tuturan.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pragmatik sebagai inovasi dalam pengajaran keterampilan berbicara di SMP dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk berbicara sesuai dengan konteks dan situasi tutur senyatanya sehingga siswa dapat memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 kramat  Kabupaten Tegal. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal, yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi seharihari. Berdasarkan penggunaan pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai solusi, dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu:
  1. Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan
  2. Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP.
Selanjutnya, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
  1. untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan
  2. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan rumusan tujuan, dilakukan kajian teori sehingga pendekatan yang ditawarkan sebagai solusi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Teori yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan aspek keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP.
Dari hasil kajian teori dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP. Berdasarkan rumusan hipotesis tindakan, dilakukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP klas VII-A SMPN Negeri  2 Kramat Kabupaten Tegal Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan seorang kolaborator untuk melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil keterampilan berbicara siswa klas VII-A SMP Negeri  2 Kramat Kabupaten Tegal Data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri 2 Kramat kabupaten Tegalterampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusun replanning (rencana tindakan) untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator. Pada siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah disusun dengan melibatkan kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data keterampilan berbicara
siswa klas VII-A SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal dibandingkan dengan indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator. Jika hasilnya belum signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator
keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.
F.1. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMPN 2 Kramat yang terdiri atas 40 siswa, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.
F.2 Pemecahan Masalah
Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat keterampilan berbicara, khususnya keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal, dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan refleksi awal, siswa kelas VII-A SMP Negeri  2 Kramat Kabupaten Tegal yang dinilai sudah mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif baru sekitar 20% (8 siswa) dari 40 siswa. Data ini masih jauh dari standar ketuntasan belajar minimal secara nasional, yaitu 75%.
Materi pembelajaran berseumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas No. 22/2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs seperti pada tabel 7.1 berikut ini. Tabel 7.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menceritakan
Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara
2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
Masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pragmatik melalui enam langkah, antara lain sebagai berikut:
7.2.1 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.
7.2.2 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.
7.2.3 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur.
7.2.4 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.
7.2.5 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal yang telah dicatat sebelumnya. Bentuk tindakan verbal berupa tindak tutur yang dihasilkan oleh alat ucap, berupa kata-kata dan kalimat.
7.2.6 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan. Tindakan nonverbal berupa tindak tutur yang dihasilkan melalui kontak mata, mimik, gerak tangan, atau gerak anggota badan yang lain. Secara garis besar, alur penggunaan pendekatan pragmatik yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal.
Melalui alur penggunaan pendekatan pragmatik tersebut, siswa diharapkan dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif sesuai konteks dan situasi tutur. Artinya, pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam berbicara sangat ditentukan oleh konteks dan situasi tutur yang telah ditentukan oleh siswa. Pendekatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih dan menentukan pengalaman yang hendak diceritakan, sedangkan guru hanya memberikan rambu-rambu sebagai pedoman bagi siswa dalam berbicara.
F.3 Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Kramat Kabupaten Tegal dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut.
F.3.1
Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas VII semester I seperti yang tercantum dalam Standar Isi (lampiran Permendiknas No. 22/2006). Dalam silabus dicantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, dan standar kompetensi), kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan belajar, indikator, penilaian (teknik, bentuk, dan contoh instrumen), alokasi waktu, dan sumber/media belajar.
F.3.2
Guru mengembangkan silabus Menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkahlangkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman penilaian.
F.3.3
Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini, peneliti melibatkan kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan.
F.3.4
Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam berbicara mengenai pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
F.3.5
Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai belum memberikan hasil yang signifikan, kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
F.3.6
Peneliti melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator.
F.3.7
Peneliti melaksananakan tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun.
F.3.8
Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
F.3.9
Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes siklus I untuk mengetahui efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai sudah memberikan hasil yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan, penelitian dinyatakan selesai dan tinggal melakukan tindakan pemantapan kepada siswa (subjek penelitian). Namun, jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, peneliti kembali melakukan refleksi bersama kolaborator untuk merencanakan tindakan perbaikan (replanning) yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.
F.4 Tahap Pelaksanaan
Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci sebagai berikut.
F.4.1 Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.
F.4.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai berikut.
F.4.2.1 Tindakan Awal
F.4.2.1.1
Apersepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan pengalaman siswa.
F.4.2.1.2
Motivasi: peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain.
F..4.2.2Tindakan Inti
F.4.2.2.1
Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan oleh peneliti.
F..4.2.2.2
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk menentukan langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan berdasarkan contoh cerita yang disimak.
F..4.2.2.3
Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.
F..4.2.2.4
Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.
F..4.2.2.5
Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur.
F..4.2.2.6
Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.
F..4.2.2.7
Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan halhal yang telah dicatat sebelumnya.
F..4.2.2.8
Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan.
F.4.2.3Tindakan Akhir
F..4.2.3.1
Siswa bersama peneliti menyimpulkan cara menceritakan pengalaman mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.
F..4.2.3.2
Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pendekatan prgmatik.
F.4.3 Pelaksanaan Pengamatan
Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh kolaborator dalam lembar observasi, di antaranya:
  1. respon siswa,
  2. perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;
  1. keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan
  1. kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
F.4.4 Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan penalaran, dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang mengesankan.
Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil analisis data menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri  2 Kramat Kabupaten Tegal terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
F.5 Cara Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut ini:
F.5.1 Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
F.5.2 Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
F.5.2.1 Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
F..5.2.2 Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman wawancara.
F.5.2.3 Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai mengimplementasikan tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi peneliti untuk mengungkap aspek:
  1. respon siswa terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;
  2. situasi pembelajaran; dan
  3. kekurangpuasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Selain peneliti, siswa juga membuat jurnal setiap kali mengikuti kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan:
(1) respon siswa (baik yang positif maupun negatif) terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;
(2) metode pembelajaran yang disukai siswa; dan
(3) kemampuan peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
F..6 Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan siswa kelas VII-A SMPN 2 Kramat dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan.
Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap, dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Selain itu, juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya serap, dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus.
# Kesimpulan PTK yang baik dan dilaksanakan dengan benar dan jujur akan meningkatkan mutu pendidikan disekolah